Hai apa kabar? Lama kita tak bersua melalui FB ataupun sms. Selama
ini hanyalah itu yang dapat menghubungkan kita berdua. Aku tak pernah
mencoba untuk menelponmu karena suaraku pasti bergetar jika berhubungan
langsung denganmu, dan aku pasti akan binggung dengan apa yang akan kita
bicarakan berdua.
Aku ingat terakhir kali kita saling berhubungan itu ketika ulang
tahunku yang ke-22. Kau mengucapkan ucapan selamat yang selalu berbeda
dengan yang lainnya. Tak pernah sedikitpun kau sama dengan yang lainnya.
Aku ingat tahun lalu pun kau mengucapkannya setelah lewat beberapa hari
dari hari bahagiaku itu. Tapi tak masalah selama kau masih mengingatnya
walaupun terlambat beberapa hari.
Apa kabarmu disana? Rasa kangen jika tak bertemu denganmu walau hanya
lewat media sosial.
Apakah kamu juga kangen denganku? Itu selalu
menjadi pertanyaanku selama ini. Kangenkah kamu padaku?
Aku harap kamu bahagia disana, di tempat barumu. Jarak dan waktu kita tak memungkinkan kita untuk dapat bersama lagi. Aku ingat kamu pernah berkata bahwa cintaku sudah mengakar padamu sehingga takkan bisa berpindah ke lain hati. Benar cintaku kepadamu sudah menjadi sebuah pohon rindang yang dapat membuat orang nyaman jika berada di bawahnya.
Akan tetapi aku tak dapat melakukan apa-apa terhadap apa yang telah terjadi di antara kita. Aku selalu berdoa semoga kau bahagia selalu disana agar akupun bisa tersenyum manis untukmu. Aku tak ingin ada airmata saat mengingatmu, akan tetapi hanya senyuman manis yang ada saat dirimu hadir dalam ingatanku.
Aku ingin mengucapkan terimakasih karena kau telah selalu ada dalam
kehidupanku selama beberapa tahun terakhir. Kamu membuat aku tertawa,
tersenyum, marah bahkan menangis hanya karena bahasamu saja karena kita
tak pernah bertatap muka.
Kini semua itu hanyalah tinggal kenangan karena kamu dan aku tak
mungkin bersama. Bukan karena aku tak mau akan tetapi kamu telah pergi
dan aku tak tahu dimana sekarang dirimu. Kamu sudah hilang dari
hadapanku walau kamu masih sering mampir dalam hatiku. Masih bisakah
kamu kembali di hadapanku lagi? Jika tidak maka lebih baik aku potong
saja pohon ini, agar dia tak roboh dan melukai orang.
Entah kamu apa aku yang menghilang? Aku membaca kembali surat itu dan
langsung tersadar atas apa yang sudah ku lakukan denganmu. Surat yang
takkan pernah sampai kepada dirimu. Surat yang berisi semua keluh
kesahku dan uneg-unegku. Surat yang berisi semua kerinduanku padamu.
Sudah hampir 2 tahun kita tak lagi bersua, apa yang sebenarnya terjadi
padamu sehingga kamu tak mau menemui aku. Apakah mungkin karena aku yang
menghindarimu?
Aku bukannya menghindarimu akan tetapi aku menghindari apa yang telah kita lakukan. Sms-smsmu yang mesra itu membuat aku kangen padamu, akan tetapi saat ini kata-kata itu bukanlah milikku lagi. Aku tak berhak atas kata-kata itu darimu walaupun aku ingin setiap hari kamu mengucapkan itu untukku. Mungkin bagimu kata hanyalah kata tanpa makna. Sedangkan bagiku, kata-kata darimu itu beribu makna. Apakah aku masih terlalu berharap padamu? Aku juga tak tahu, mungkin hatiku lebih bahagia jika melihat kau dapat bersanding dengan seseorang yang membahagiakan hatimu.
Harapanku mulai ku kendalikan agar aku pun tak kecewa karenanya. Kata
bang tere liye jika kita tak mau kecewa maka janganlah terlalu
berharap. Ternyata maksud ucapanmu tentang “biarkan waktu yang
mengungkapkan segalanya”. Ini kah? agar aku dan kamu tak pernah kecewa
atas apapun yang akan terjadi di antara kita berdua.
Tegal, 28 Desember 2013
Lolos di Cerpen.com tanggal 8 Oktober 2014
0 comments:
Post a Comment