Sore yang tenang, angin berhembus dengan santainya, air di kamar mandi saling berebutan jatuh dari keran untuk segera mengisi bak kamar mandi.
Tiba2 ada nomor tak dikenal yang masuk hapeku, siapa orang ini? Tapi ttap saja q angkat karena q menunggu telepon dari seseorang.
"Halo, ini dengan ahma?" Suara disana mulai bertanya. "Iya benar maaf ini dengan siapa ya?" Balasku mendengar pertanyaannya. "Ini dengan erik?" "Hah, erik?" Seingatku q ga pernah punya tman yang namanya erik? Ada jga yang namanya eriko, tapi dia khan cacat dan ngomongnya pun susah kog ini lancar? Batinku mulai brtanya2
"Mamahmu yang kasih no mu ke aku pas aku latihan di desamu." "Oh gtu thoo." Reaksi ahma benar2 diluar perkiraan.
sejak bertemu saat itu, erik dan ahma hnya saling bertukar sapa lewat telepon. Mereka tak pernah bertemu lagi hingga akhirnya suatu malam minggu, erik memberanikan diri untuk mengajak ahma keluar. Ahma pun mberanikan diri untuk keluar bersama erik, padahal sebelumnya dia tak pernah keluar bersama dengan orng2 yang tak dikenalnya dengan akrab.
Hawa dingin mulai merebak di pantai itu, jaket sudah ahma eratkan dengan sangat kencang unk melindungi tubuh mungilnya. Tdi dia menentukan tempat untuk janjian dekat pantai karena dia suka dengan bunyi ombak, lagipula kota lkecilnya tak punya tempat nongkrong yang sesuai dengan kantong ahma.
Erik tak kunjung dtg, apakah dia kecewa setelah pertemuan pertama itu, pikir ahma sambil memakai sarung tangan unk melindungi kedua tangannya yang sudah kedinginan. Ahma ingin menghubungi erik, tapi niat itu dihentikan karena nanti dia akan dianggap murahan oleh erik.
Akhirnya ahma pun tak ambl pusing dengan kehadiran erik. Dia mulai menikmatin pemandangan malam hari di sudut kotanya. Ombak berkejaran ingin sampai Pda pantai, suaranya pecah membahana. Angin mulai menggoyangkan jilbab biru yang melekat pada kepalanya.
Ahma mulai memejamkan matanya hingga tiba2 ponsel tulalitnya berdering memunculkan no yang sudah dikenalnya itu.
"Ahma, kamu sebelah mana? Q dah nyampe nich?" suara erik terdengar jelas di telinga ahma.
Segera saja ahma mulai mncari erik, nah ketemu dia tampil kasual dengan celana jeans dan jaket hitam miliknya. "Arah jam 12 rik, ahma berkata sambil melambai2kan tangannya.
Sekarang ahma dan erik sudah duduk berdua di pinggir pantai. Mereka sama2 terdiam, ga tahu mau mulai dari mana?
"Kamu" ahma dan erik sama2 mau bertanya. "Kamu dulu" mereka kembali bareng lagi. Tawa pun pecah diantara keduanya. Hingga akhirnya erik pun mempersilahkan ahma unk bertnya dahulu.
"Kamu orgnya tertutup ya, pendiam, ga gampang dekat dengan org serta cuek juga ya? Ahma mulai menginterogasi si erik. "Soalnya bahasa smsmu it trlalu singkat, hanya menjawab apa yang ditanyakan, dan ga asik padahal org lampung eh org perantauan itu ga boleh terlalu pemalu begitu entar malah ga dpat tman yang banyak. Terus kenapa harus mbalas sms dngan sngat singkat, udh ga mau smsan atau lagi sibuk banget" haahhahahaa ahma tertawa dengan pertanyaannya yang trkanal dengan pertnyaan 1 rt itu. Tiba2 hatsyiii hidung ahma yang rentan udara dingin itu pun mulai menunjukkan ketidaksukaannya pada udara dingin.
"Ah ga juga kog, q ga sedingin itu juga". Maav boleh pinjam tangan kirimu?
Ahma masih belum menyadari ketika tiba2 erik mengaitkan tngan kananya ke tngan kiri ahma dan membawanya ke saku jaketnya. Biar kamu hangat. Ahma ingin melepaskan tangannya tpi gengaman erik terlalu kuat.
"Hei erik, lepasin donk. Jantungku berdegup kencang bgt ini. Ahma mulai protes pada erik. Hehehe udah tenang aja, q jga sama, jawab erik dengan sama gugupnya. "Lah trus klo kmu jga deg2an knpa msh digengam aja ini tangan". Bukannya q ga mau Lepasin, tangannya udah terlanjur lengket. Tawa pun pecah diantara mereka. Obrolan pun berjalan dengan lancar. Ahma dan erik mulai saling terbuka satu sama lainnya.
Kedekatan mereka perlahan muncul baik ahma maupun erik sudah saling membuka diri masing-masing.
Malam itu pun mereka pulang dengan perasaan masing-masing. Ahma bahagia krna sudah bertemu dengan orang yang disukainya. Sedangkan erik karena dia menang taruhan. Ya dia menang besar karena sudah mendapatkan ahma.
Kejadian itu bermula saat dia dan rekan2nya sedang melakukan bakti sosial di desa ahma. Hanya ahma yang terlihat cuek dengan kedatangan mereka. Hingga akhirnya mereka merencanakan taruhan ini. Jika erik dapat kencan dengan ahma maka erik menang 8 juta jika tdak maka dia yang harus membayar 4 rekan lainnya sebesar 2 jt tiap orang. Dan sekarang dia berhak unk mendapatkan itu,
"bro, dia udah bertekuk lutut tuh sama q. Sekarang mana uangnya". Erik memasuki kamar
"Eh enak aja, khan baru sekali jalan rik, mana kmu tw kalo si ahma udah suka bgt ma kmu" candra mulai protes.
"Iya bener bgt rik, waktunya tuh seminggu" dendi ikutan menyela.
"Eh, kmrn khan perjanjiannya cma ngajak ahma jlan. Knapa jadi seminggu gini." protes erik
"Emang knapa rik? Klo kmu sama ahma jlan seminggu? Kamu takut beneran naksir dia? " Topan menyela
"Hahaaha q, suka sama ahma ga akan." erik menyela dengan sangat yakinnya.
"Haha yakin amat kamu rik, ga bakal terpikat sama dia. Dia memang ga cantik tapi dia manis lhoo. Kalo kamu ga mau kasih kan ke q aja " yogi berkata seolah-olah ahma adlh barang.
"Hei yog, ahma bukan barang yaaa ngapain juga q harus kasih ke kmu". Erik terdengar marah saat itu.
"Eh santai rik, perjanjian kita blm kelar, sampe kmu bisa mbuat ahma benar-benar suka ma kamu" candra berusaha meredakan amarah erik.
"Okey, aku yakin ahma itu udah suka banget ma aku". Erik menjawab mantap seolah ada ahma disampingnya yang mengandung lengannya.
"Eh ngapain q jadi kepikiran dia yaa" hati erik bertanya-tanya.
Sejak pertemuan terakhir kali di pantai itu, hubungan erik dan ahma lebih akrab dan dekat. Setiap sore setelah pulang dinas, dia ditemani candra menjemput ahma di tempat kerjanya dan mengantar hingga rumah.
Papah mamah ahma sudah tahu dengan hubungan mereka berdua. Lagian tiap malam minggu erik juga pasti datang untuk ketemu ahma. Ahma tidak mau diajak keluar apalagi papah tak memperbolehkan mereka jalan berdua.
Namun tiap hub jika tidak ada pertengkaran pasti tidak akan rame. Sama juga trjdi pada ahma dan erik
0 comments:
Post a Comment